I made this widget at MyFlashFetish.com.

Senin, 21 November 2011

Cuma Postingan Terjemahan Kita yang tertunda (Desi_Putri)

The Red Haired Boy I Saw

By : Dea A Widyaswari
Anak Lelaki Berambut Merah yang Pernah Ku Lihat

Oleh : Dea A Widyaswari
I firstly met him when I was eight. It was the first and last I saw the boy. I was sitting on the bus stop, beside my mother, with thick sweater and coat covered my tiny body; protecting me from the nasty coldness of winter air.
Pertama kalinya aku bertemu dia ketika aku berumur delapan tahun. Itu adalah saat pertama dan terakhir aku melihat anak lelaki itu.  Aku sedang duduk di halte bus, di samping ibu ku, dengan switer tebal dan jaket menutupi tubuh mungil ku; melindungiku dari udara musim dingin yang buruk.
We were waiting for the bus, of course. My mother couldn’t drive a car and instead took the public transportation to go to almost everywhere.
Kami sedang menunggu bus,tentu saja. Ibu ku tidak bisa menggendarai mobil dan menggunakan angkutan umum untuk pergi hampir ke setiap tempat.
There were only few people waiting on the bus stop beside us. Next from us, there was an old lady with her Collie. She was sitting on the bench, same like us; and busily talked with her dog
Hanya sedikit orang di sebelah kami yang menunggu di halte. Di sebelah kami ada seorang wanita tua dengan anjing Skotlandianya. Dia duduk di bangku sama seperti kami; dan dia sibuk berbicara dengan anjingnya.
There was a man wearing grey trench coat. He was reading the morning paper, ignoring his surroundings.
Lalu ada seorang pria berjas hujan abu – abu. Dia sedang membaca koran tadi pagi,tanpa mempedulikan sekitarnya.

The last person was a boy ---no, a teen—with long black coat, red blood scarf around his neck, standing near the lamp pole. He was staring at the faraway, towards the thickness of the pine trees in front of the bus stop.
Orang terakhir adalah seorang anak lelaki bukan, seorang pemuda. Dengan jaket hitam panjang, syal merah darah mengelilingi lehernya, dia berdiri dekat tiang kampu. Dia sedang menatap jauh, ke arah lebatnya pohon - pohon pinus di depan halte.

I even could picture his feature : longing and serence, seemingly oblivious to the ugliness of the world.
Bahkan aku bisa menggambarkan roman wajahnya yang rindu dan tenang, seperti lupa akan kejelekkan dunia.

The most enthralling thing. I saw from him was his hair. He had red hair. Not ordinary red hair like usually Irish has.
Hal yang paling memikat pandangan ku darinya adalah rambutnya. Dia memiliki rambut berwarna merah. Bukan rambut merah yang biasa dimiliki orang Irlandia.

He had hair as red as blood – red hair which gleamed and shone under the faint sunlight of our sky, like a piece of the most precious ruby on the earth.
Dia memiliki rambut berwarna semerah darah, rambut berwarna merah yang bersinar dan berkilauan di bawah sinar matahari langit kami, seperti sebuah batu rubi yang paling berharga di bumi.

And his skin was almost as pale as the snow, the paleness seemed to make his red hair to stand out.
Dan kulitnya hampir sepucat salju,kepucatan itu membuat rambut merahnya mencolok.

I stared at him. Mom once said, it was rude to stare at other people like they had grown out two heads; but with him, I couldn’t help but stare. He was beautiful.
Aku melihat dia. Sesaat ibu berkata, tidak sopan melihat orang lain seperti mereka sudah menumbuhkan dua kepala; tapi dengannya, aku tidak menuntut tapi memandang. Dia begitu indah.

A piece of ruby in the middle of snowy whiteness.
Sebuah batu rubi di tengah putihnya salju.

He was oblivious of my stare, of course; and kept his eyes on the rows of pine trees on the faraway. I also kept my eyes on him – until he finally turned his head and looked at me, right on the eyes.
Dia tidak peduli akan pandanganku,tentu saja; dan tetap melihat barisan – barisan pohon pinus di kejauhan. Aku juga tetap melihat ke arahnya sampai akhirnya dia menoleh dan melihat ku. Tepat di mata.

I gasped. Even from the distance, I could see his eyes as clearly as I saw the blue sky in summer. His irises were as bloody red as his hair. His eyes were like two identical rubies, piercing through my brown and making me shiver.
Aku tersentak. Bahkan dari kejauhan aku bisa melihat matanya sejelas aku melihat langit biru musim panas. Iris matanya semerah darah seperti rambutnya. Matanya seperti dua rubi yang serupa,menembus melalui mata coklatku dan membuat ku gemetar.

Out of cold or fear. I didn’t know. Definitely out of embarrassment from being caught of guard staring. And the bus came and we got in. I glanced at him and saw that he didn’t take the bus. He still stood beside the pole. However, he was now staring at me like I at him before. His eyes were unreadable.
Karena dingin atau ketakutan. Aku tidak tahu. Pasti malu karena tertangkap basah sedang memandanginya. Lalu bis datang dan kami pun naik. Aku melirik dan melihat bahwa dia tidak naik bis. Dia masih berdiri di smping tiang. Namun sekarang da memandang ku seperti yang kulakukan pada dia sebelumnya. Tatapan matanya tak bisa ku artikan.



When in the bus my mom said  rude watched the old lady next to me. " I'm not looking at the old lady  but blood red-haired boy at the bus stop lamp pole ".  Mom looked at me quizzically, Boy? What boy? I don’t see the boy beside us ”.
saat di bis ibu mengatakan tidak sopan memandangi wanita tua di samping ku tadi. " Aku tidak memandangi wanita tua di halte tapi anak lelaki berambut merah darah di tiang lampu halte". Ibu memandangi ku dengan bingung, " Anak lelaki? Anak lelaki yang mana? aku tidak melihat anak lelaki di sebelah kita.
I gaped. I looked back at the bus stop. The boy smiled at me and vanished.
Aku tertegun.  Aku melihat kembali ke halte. Anak lelaki itu tersenyum kepada ku dan menghilang.














»»  ^^ More of KeyChi...

Rabu, 16 November 2011

Pantai Parai Tenggiri,,,


Pantai Parai Tenggiri

Dulu dikenal oleh masyarakat sungailiat dengan nama  pantai Hakok, kemudian sebagai pantai Parai Tenggiri. Pantai Parai merupakan pantai paling indah dideretan pantai timur Pulau Bangka. Sejak dulu ketika masih disebut Hakok, pantai ini merupakan kawasan yang paling digemari untuk dikunjunggi oleh masyarakat setempat. Bebatuan yang banyak terdapat di pantai ini, bagaikan sebuah dekorasi alam yang sangat indah. Pantai ini memiliki sebauh resort dengan hotel bintang 4 yakni parai beach resort. Merupakan satu-satunya kawasan tujuan wisata pantai bertaraf internasional yang patut dibanggakan dipulau bangka.  

 
Hampir semua fasilitas tersedia, mulai dari akomodasi, restauran, bar and grill, cafĂ©, kolam renang, bahkan sport and leisure. Di ujung kiri pantai, terdapat sebuah gugusan bebatuan yang di tata dengan apik dan di namakan Rock Island. Pada malam hari, pengunjung dapat bersantai sambil menikmati hidangan lezat dan minuman bar, sambil mendengarkan deburan ombak yang menerpa bebatuan tanpa henti. Akses menuju ke sana melalui sebuah jembatan dengan penerangan lampu di sepanjang tepi kanan dan kirinya. 

Pengunjung dapat berjalan kaki menuju ke Rock Island sambil menikmati pemandangan laut dan riakan ombak. Kekurangan dari pantai parai sendiri kurangnya kepedulian pemerintah untuk mengiklankan pantai ini dikarenakan pantai parai dikelola oleh pihak swasta; El John Group. Pantai ini juga kurang terjangkau bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi karena belum adanya transportasi umum yang melewati daerah pantai tersebut. Selebihnya pantai parai sangat menarik untuk dikunjungi wisatawan asing dengan fasilitasnya yang lengkap.
»»  ^^ More of KeyChi...

IntrOducTion AnonyMous WorlD,,,,,,, ^^v annyeong,,,,,,,,


HAIIIIIIII,,,,,blog baru lagi deh’’’
 
biasa gara2 lupa password blog yang lama bikin yang baru lagi deh,,, hehehe
oh iya aku yang punya blog,,,, suka bgt sama drama n k-pop lover,,,
oh iya buat bonus,,, morning wake up dari myungsoo a.k.a L Infinite buat para Inspirit ,,,,,,


otthe???? Ireonnahaseyooooo,,, mesti'y di tambah jagiya,,, kekeke.. *ketawa evil ala onew PLAAAK....
»»  ^^ More of KeyChi...